Tradisi Selamatan Kelahiran Bayi Tasyakuran Telah lahir putri pertama bernama Azura Ermaiza (Azura). Warga RW. 05 Wijaya Kusuma hadir doa Tasyakuran.
JAKARTA, MEDIABUSER.COM – Alhamdulillah dilindungi oleh Allah SWT. Telah lahir putri pertama kami: Azura Ermaiza (Azura) lahir 11 Febuari 2023.
Semoga Allah SWT menjadikannya anak Sholeh dan berbakti kepada kedua orang tua dan agama nya serta bermanfaat bagi bangsa dan negaranya.
Amiin. Kedua orangtuanya bernama Rahmat Suwanto Dan Ibu Afifah Zahra. Hadir acara doa bersama sama keselamatan bayi kurang lebih 60 an Warga Kampung Gusti.
Tradisi Selamatan Tasyakuran Telah lahir putri pertama bernama Azura Ermaiza (Azura) bayi sering dijumpai khususnya dalam Tasyakuran.
Tempat acara Tasyakuran Jalan Kampung Gusti RT. 04 RW. 05 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat. Minggu, 19/3/2023. Pukul. 8 : 30 WIB.
Kelahiran sang buah hati ke dunia sejatinya memang sesuatu yang pantas dirayakan. MELAINKAN sebagai ajang saling mendoakan dan mensyukuri.
Selamatan adalah upacara sedekah makanan dan doa yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan ketenteraman untuk keluarga yang menyelenggarakan.
Selamatan atau selamatan merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang masih dilaksanakan secara turun-temurun.
Slametan sendiri adalah upacara atau proses yang bersifat spiritual dan bertujuan untuk mencari keselamatan (selamet). Oleh mayoritas masyarakat Indonesia yang masih menganut tradisi leluhur, selamatan diikuti juga guna mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.
Selain itu, selamatan juga kerap dilakukan sebagai sarana bersedekah dan untuk menolak bala.
Berbagai tradisi selamatan kelahiran bayinya Sebagai sebuah komunitas masyarakat yang menganut tradisi leluhur, masyarakat Indonesia memiliki segudang adat dan ritual. Salah satunya adalah selamatan untuk kelahiran bayi yang umum dilaksanakan sesuai prosedur adat Indonesia.
Selamatan untuk kelahiran bayi dalam adat Indonesia pada umumnya meliputi ritual brokohan, sepasaran, dan selapanan.
Sebenarnya, di zaman dulu terdapat banyak bentuk selamatan kelahiran bayi, mulai dari brokohan, sepasaran, puputan, selapanan, limang lapanan, dan setahunan.
Namun karena kini banyak sesepuh terdahulu yang sudah tiada, akhirnya tata cara ritual dan budaya mulai hilang dan luput diajarkan ke generasi penerusnya.
Selain itu, latar belakang finansial dan ekonomi juga menjadi alasan beberapa tradisi ini tidak diteruskan.
Biaya pelaksanaan beberapa tradisi yang tidak murah lantas mendorong diperlukannya penyesuaian dengan keadaan sekarang.
Tradisi selamatan dilakukan sehari setelah kelahiran bayi. Kata brokohan sendiri diambil dari bahasa Arab, yakni barokah, yakni mengharapkan berkah.
Ritual satu ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan perlindungan untuk bayi yang baru lahir.
Dalam acara brokohan, biasanya diadakan acara berdoa bersama untuk si bayi, diselingi dengan hidangan yang disediakan oleh tuan rumah.
Brokohan dipersiapkan dengan bantuan ibu-ibu tetangga yang datang sebagai rewang yang kemudian saling membagi tugas untuk menyiapkan hidangannya.
Bapak-bapak bertugas untuk datang untuk berdoa untuk acara kenduri di malam harinya.
Para tamu biasanya juga datang membaca macam-macam oleh-oleh untuk menunjukkan turut bahagia atas lahirnya si bayi.
Biasanya, acara brokohan dilanjutkan dengan budaya sewengenan. Dalam sewengenan, para bapak-bapak ikut terjaga semalaman dengan tujuan menjaga rumah si bayi.
Tradisi Sepasaran Selamatan sepasaran di adat Jawa biasanya dilakukan 5 hari setelah kelahiran bayi.
Sepasaran sendiri berasal dari kata sepasar, yang artinya lima hari. Tradisi sepasaran ini juga menjadi acara untuk mengumumkan pemberian nama bayi pada para tamu.
Biasanya pihak keluarga mengundang tetangga sekitar dan keluarga besar untuk perayaan satu ini.
Semua bentuk tradisi selamatan kelahiran bayi dalam adat Jawa ini memiliki manfaat yang sama.
Selain mempererat tali silaturahmi antar satu dan lainnya, tradisi ini juga bermanfaat mengenang hari lahir sang bayi, menjadi wadah harapan orang tua dan keluarga agar bayi selalu sehat sentosa, mendidik anak agar tumbuh menjadi anak yang berpribadi baik, agar anak selalu terlindungi, dan mengucap syukur pada Sang Pencipta. Penulis: Arfendy